Assalamu'alaikum....
I'am a young housewife,, hopefully this article can make us better off being a mother and wife for husband and our families ...
may be useful.... :-p
may be useful.... :-p
Perlu ide bisnis?. Bukalah bisnis penitipan bayi (day care) dan penyedia pengasuh anak (baby sitter). Inilah peluang usaha yang consumer demandnya akan terus mengalami kenaikan. Kok bisa?. Bisa dong, karena pasar menghendaki demikian. Kecuali, terjadi perubahan sudut pandang tentang wanita karir dan ibu rumah tangga.
Di tahun 1980an, usaha ini masih
bisa dibilang sangat jarang, tapi sekarang jumlahnya semakin banyak.
Mengapa? Karena semakin banyaknya perempuan yang memilih menjadi wanita
karir.
Adanya propaganda besar-besaran
tentang kebebasan perempuan, persamaan jender, aktualisasi diri, secara
langsung atau tidak telah menyebabkan banyak perempuan memilih bekerja
di luar rumah dengan segala konsekuensinya. Salah satunya dengan
menyerahkan pengasuhan anak yang masih kecil kepada orang lain, dengan
alasan profesionalitas. Dengan membayar sejumlah uang, mereka akan
‘terbebas’ dari mengasuh anak (biasanya) mulai pagi sampai sore.
Adakah yang salah dengan memilih
menjadi wanita karir?. Tidak, selama para wanita karir yang sudah
memiliki anak, tidak mengesampingkan peran sebagai seorang ibu. Para ibu
yang bekerja (working mom) bisa menganalisis secara cermat
antara kepentingan kerja dan kesempatan mendidik buah hati. Anak-anak,
apalagi yang masih kecil, membutuhkan kehadiran ibunya secara penuh
disisinya sepanjang waktu. Nah kalau selama sekian jam dalam setiap hari
si anak berada dalam pengawasan orang lain, yang tidak diketahui secara
jelas wawasan dan idealismenya, bukankah ini akan berakibat fatal bagi
pembentukan karakter anak.
Banyak pemandangan aneh tapi
dianggap lazim, yakni wanita karir yang giat bekerja untuk membiayai
orang lain mengasuh anak mereka. Kalau sudah begini, siapa mempekerjakan
siapa. Apakah sang majikan yang menggaji pengasuh untuk menjaga
anaknya, atau justru para pengasuh anak yang ‘mempekerjakan’ tuannya.
Dalam bahasa kasarnya ‘Ibu bekerja saja, biar anak ibu (bermain) bersama
saya’. Tidak jarang, karena kedekatan anak-pengasuh mengalahkan
kedekatan anak-ibu, yang terjadi banyak anak majikan menjadi anak
pembantu. Harga yang sangat mahal yang harus dibayar untuk sebuah ambisi
pengejaran karir.
Banyak ahli yang menganjurkan para
kaum ibu untuk memilih menjadi ibu rumah tangga, jika bukan karena
alasan keterpaksaan yang mengharuskan mereka bekerja diluar rumah,
misalnya karena menjadi single parent.
Mari kita menilai sosok ibu rumah tangga dari perspektif yang indah. Ibu rumah tangga adalah seorang ‘home worker’ yang posisinya tidak lebih rendah dari ‘office worker’. Bedanya, office worker dapat gaji bulanan, tapi anak dititipkan. Sedangkan home worker, tidak
dapat gaji bulanan, tetapi mereka akan menuai hasil dari investasi
waktu dan tenaga, yakni ketika anak-anak mereka telah menjadi orang
sukses sesuai dengan yang diharapkan. Menjadi home worker adalah panggilan jiwa dan tidak perlu minder untuk mengatakan: I’m a professional home worker.
Menjadi ibu rumah tangga bisa
bermakna tersedianya waktu yang banyak untuk mendidik dan membesarkan
anak-anaknya. Itulah mengapa, para istri tidak wajib bekerja, selama
suami masih bisa menafkahinya.
Menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan remeh dan ringan. Dibutuhkanskill dan
pengetahuan yang luas untuk bisa mendidik anak-anaknya agar menjadi
generasi masa depan yang membanggakan. Jika menjadi wanita karir hanya
dilatarbelakangi oleh alasan yang tidak begitu penting, misalnya karenaprestige, maka
beralih menjadi ibu rumah tangga menjadi prioritas utama. Karena
bagaimanapun, surga terletak dibawah telapak kaki ibu, bukan wanita
karir.
*yiyin Bilqisa :-p
0 komentar:
Posting Komentar